Selasa, 24 Februari 2015

Ini Alasan Harga Batu Akik Mahal

Batu giok atau jade termasuk juga salah satu type bebatuan yang mempunyai harga selangit. Sebutir batu giok yang telah diasah dapat dibanderol mulai Rp 300 ribu sampai Rp 2 juta rupiah. Harga yang fantastis untuk sebutir ‘batu’. Keberadaannya selalu diburu oleh beberapa kolektor, apa yang bikin batu-batu itu jadi mahal?



Dalam suatu pameran batu akik di Banda Aceh, Ketua Paduan Penggemar Batu Alam Aceh Nasrul Sufi menuturkan bahwa yang bikin batu-batu itu mempunyai harga bermacam bergantung dari kwalitas, bentuk, warna serta asal muasal batu.

Yakut merah umpamanya, ini adalah batu alam yang sangatlah langka terutama di Aceh. Sekilas tidak ada lain pada yakut merah dengan batu akik yang lain. Namun sesudah di perhatikan dengan alat spesial, barulah terlihat keistimewaannya. Didalam batu yakut ada air serta bakal bergoyang-goyang saat digerakkan.

Seluruhnya yakut mempunyai air di dalamnya serta warna merah yang membuat batu itu datang dari mineral serta zat kimiawi yang diserap batu alam didalam tanah dalam rentang saat yang cukup lama. Terbayang berapakah lama mesti menunggu sistem terbentuknya batu yakut?

Batu yang lain yang tidak kalah menarik yaitu Kecubung terong yang mempunyai warna khas ungu. Batu type ini kerap juga dikatakan sebagai ‘batu kecubung pengasih’, tidak lain lantaran asumsi orang yang menggunakan batu itu mempunyai daya tarik sendiri. Tetapi ini cuma jadi aspek sugesti saja.

Batu-batu type spesifik memanglah mempunyai nilai-nilai istimewa yang punya pengaruh pada penggunanya. Namun menurut pengrajin batu akik di Pasar Aceh, Nasrul, hal semacam itu tidak bisa terlampau dipercaya terkecuali untuk keindahan serta nilai seni semata.

Batu kecubung terong termasuk juga type bebatuan yang susah didapat lantaran ada didalam goa-goa. Seseorang pengambil batu mesti mempunyai pengetahuan kebatinan yang tinggi. Ini utama membuat perlindungan diri dari serangan binatang buas seperti ular, harimau atau babi rimba.

“Selain itu juga ada hantu-hantu gunung serta jin, ” lebih Saiful.

Diluar itu mereka juga mesti mempunyai fisik yang kuat serta tangguh. Tidak heran, cuma untuk beli sekilo kecubung terong Saiful mesti keluarkan duit hingga tiga ratus ribu rupiah. Sesaat untuk giok dapat hingga dua juta rupiah.

Batu-batu itu lalu di proses jadi batu cincin. Sekilogram giok dapat membuahkan seputar 20 butir batu cincin memiliki ukuran tengah serta di jual mulai harga Rp 150 ribu perbutirnya.

Sumber : http://tersangatunik.blogspot.com/2015/02/ini-alasan-harga-batu-akik-mahal.html

Langkah Gontai PDIP

Kabar kepindahan ratusan kader PDIP ke Partai Perindo (lihat) hanyalah salah satu tanda partai pemenang Pemilu 2014 itu mulai limbung. Jika kondisi seperti ini terus dibiarkan, sangat mungkin Moncong Putih akan benar-benar ditinggalkan pada 2019 nanti.
Selain Golkar dan PPP, PDIP (dulu tanpa “P”) adalah partai lama dengan segudang pengalaman. Sang Ketum Megawati sendiri merupakan tokoh lintas zaman; sejak Orde Baru, Mega sudah mewarnai politik di tanah air. Melihat itu semua, sangat mengherankan jika kini PDIP seperti kehilangan jati diri.
Kegoyahan PDIP tampak dari beberapa kejadian. Pertama, soal DPR tandingan. Ini sudah berlalu, tentu saja. Tapi saat itu kelihatan PDIP terlihat bukan sebagai pemenang Pemilu. Bersama sekutunya seperti PKB, Nasdem, dan Hanura, legislator dari PDIP ngotot membuat DPR tandingan karena merasa tidak terwadahai dalam struktur kepengurusan di DPR.
Kedua, pecalonan BG sebagai Kapolri dan penangkapan ketua KPK Bambang Wijajanto. Respon masyarakat terutama pendukung Jokowi saat Pilpres terlihat begitu jelas. Beberapa tokoh LSM dan akademisi ramai-ramai menyalahkan Jokowi.
Banyak dari tokoh tersebut mempertanyakan komitmen Jokowi dalam pembarantasan korupsi dan semua janji manis yang pernah dilontarkannya. Semakinn parah, sebab saat itu Jokowi tampak seperti petugas partai daripada seorang Presiden yang menerima mandat dari rakyat. Jokowi dan PDIP menjadi bulan-bulanan media maistream dan media sosial. Menghadapi serangan bertubi dan seperti tak ada habisnya itu, respon PDIP tampak sangat konyol dan di bawah standar.
Ketiga, interpelasi dan opsisi terhadap Jokowi. Aneh karena ternyata isu ini datang dari internal PDIP yang notabene partai pendukung Jokowi. Meski, tentu saja, elit PDIP yang lain menyangkal isu ini.
Kegamangan PDIP pada akhirnya tak bisa dilepaskan dari sikap dan perilaku politisi PDIP sendiri. Mereka seringkali menampilkan diri sebagai antitesis dari PDIP semasa kampanye dan pencalonan Jokowi sebagai presiden.
Sekadar mengingatkan, saat sebelum pemilihan presiden PDIP dianggap partai yang bisa mengobati semua kekecewaan publik terhadap partai politik. terlebih ketika PDIP berani mencalonkan Jokowidodo yang saat itu dipuja-puja seantero negeri.
Sikap dan penampilan PDIP ternyata bertolak belakang setelah PDIP berkuasa. kabinet kerja ternyata diisi orang-orang partai yang kualifikasinya tidak jelas. Tapi saat itu langkah Jokowi masih dimaklumi, sebab ada juga menteri yang punya rekam jejak bagus.
Berikutnya, Jokowi yang tentu saja didukung PDIP mengajukan Jaksa Agung yang berasal dari Nasdem. Padahal banyak yang berharap posisi Jaksa Agung dijabat profesional nonpartai. Pertimbagangannya, tidak terjadi konflik kepentingan ketika terjadi kasus menyangkut politisi yang memang rutin terjadi. Banyak yang beranggapan langkah Jokowi hanya didasari oleh alasan kedekatannya dengan Surya Paloh.
Terakhir pencalonan Budi Gunawan sebagai kapolri. Untuk sementara Jokowi bisa bernafas lega. Langkahnya membatalkan pencalonan BG sebagai Kapolri diangap sudah sesuai jalur. Namun, langkahnya yang tak tegas mengatasi konflik KPK-Polri dan membiarkan KPK, lembaga yang mendapat simpati publik, lumpuh terus membuatnya terpojok.
Di internal PDIP sendiri suara untuk Jokowi tidak atau belum pasti. Ada yang mengatakan tegas mengawal Jokowi. Tapi banyak yang bilang akan mengajukan interpelasi terhadap Jokowi yang batal melantik BG (lihat). Sikap PDIP ini sangat merugikan. PDIP akan diingat sebagai partai yang tidak serius memberantas korupsi.
Akhirnya, tak ada cara lain bagi PDIP agar tetap mendapat simpati publik kecuali kembali pada garis perjuangannya seperti membela wong cilik, serius terhadap terhadap pemberantasan korupsi, dan mendukung langkah-langkah Jokowi yang prorakyat. Jika tidak, bersiaplah-siaplah untuk kembali berpuasa pada 2019 mendatang.
 Sumber : http://politik.kompasiana.com/2015/02/24/langkah-gontai-pdip-725896.html